Monday, February 9, 2015

korupsi.

Luka.
Saatnya untuk bangun kembali,
Dengan semangat yang penuh jitu,
Setelah aku jatuh rebah,
Tergeser ,
Luka berdarah,
Demi menyelamatkan iman,
Bukan kepunyaanku,
Tapi si dia,
Sahabat yang  membesar bersama,
Mengharungi liku2 hidup di jalan tarbiyyah.
Sungguh,
Aku pedih,
Pilu,
Kecewa dan hampa,
Merasakan seolah-olah duniaku makin kelam,
Tuhan,
Dia sahabatku,
Sepertimana Kau memberikan Harun saat Musa memerlukan teman,
Itulah yg aku rasa,
Kini,
Dia memilih untuk keluar,
Sudah penat berkorban dan berdakwah,
Saat pesanan terakhir dariku,
“Ukhti,
Fikirkan sebaiknya keputusanmu,
Tanya imanmu,
Adakah Allah redha atas keputusan itu?”

Mengalir air mata si dia,
Tuhan,
Langsung tiada niat di hatiku utk melukakannya,
Namun,
Itu persoalan tulus yg aku mahu,
Moga2 di hadapanMu nanti,
Dia bersedia untuk menjawab pertanyaanMu.
Setalah tiba saat keputusan,
Engkau, duhai sahabat,
Memutuskan untuk tidak bersama lagi,
Sekali lagi,
Kelam!
Hanya titis air mata yang dapat aku luahkan
Tuhan,
Andai itu yg terbaik utk Imannya,
Tetaplah Engkau pelihara cahaya di hatinya,
Moga di penghujungnya,
Kami,
Bertemu semula,
Di SyurgaMu,
iA.





No comments:

Post a Comment